Oleh: Moh. Ariful Anam Tampaknya, kita akan menaruh prasangka baik ketika melihat Karapan Sapi di Madura atau Tari Jaipong ditonton turis asing. Dan berharap tradisi atau kesenian lokal memikat para turis membuat mereka berbondong-bondong datang ke Indonesia. Sehingga terjadi kontak ekonomi. Masyarakat mengambil keuntungan dari transaksi jual beli souvenir-souvenir atau nilai lebih lainnya. Negara tak ketinggalan. Devisa meluap-luap bak busa sabun, pemerintah tersenyum lebar melihat angka-angka pendapatan devisa merangkak naik. Apalagi Indonesia kini berhadapan dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dan Asean Free Trade Agreement (AFTA) 2015 yang memungkinkan terjadinya “eksodus” turis besar-besaran ke Indonesia. Semua bersorak bahagia. Namun, jika kita sedikit merenung dan berpikir ideal, apakah segala hasil karya budaya manusia menjadi disegani karena ada memiliki nilai secara ekonomis?. Budaya lokal menjadi sangat dibanggakan jika dapat ditampilkan di panggung internasion...