Sejak meletus Revolusi Arab pada awal tahun 2011 di berbagai negara Timur Tengah, Islam berhadapan dengan sisi gelap penganutnya, yang dimana menafsirkan Islam tidak hanya sebatas identitas agama, melainkan juga sebagai identitas sosial-politik. Islam menjadi semacam ‘partai’ puritan yang berada di belakang laskar-laskar jihadis . Al hasil, Islam lagi-lagi menjadi tokoh antagonis yang bersahabat dengan konflik dan pertumpahan darah. Melihat dalam konteks Indonesia yang meyoritas beragama Islam, mengarus utamakan Islam sebagai identitas sosial-politik, yang kemudian Islam sebagai alat perjuangan dalam tataran sosial-politik praktis, terihat kentara pada beberapa demontrasi besar di Jakarta, sejak akhir tahun tahun 2016 kemarin. Media asing bahkan banyak yang menyebut mereka sebagai Islam ekstrimis yang anti-toleransi, rasis, radikal dan lain sebagainya. Melihat kondisi tersebut, dibutuhkanlah konsep alternatif tentang Islam, yang dapat menampilkan wajah Islam santun, arif, dan bera...